Kecerdasan Buatan
Dengan kemampuan komputasi yang sangat tinggi, mesin Turing dapat menirukan proses berpikir, belajar, serta mengambil keputusan seperti manusia (bahkan lebih baik). Ini disebut sebagai kecerdasan buatan (artificial intelligence – AI). Hari ini kita melihat kecerdasan buatan di mana-mana: Mesin pencari (search engine), robot, mobil otomatis (self-driving cars), permainan komputer, pengenal wajah (face recognition), hingga Deepfake yang dapat mengganti wajah siapapun dengan wajah yang orang tertentu.
Permasalahan filosofis baru
Kemampuan AI yang begitu tinggi memunculkan permasalahan filosofis yang baru. Ketika mobil otomatis berada dalam situasi yang pasti akan mengakibatkan kecelakaan, siapakah keselamatannya menjadi prioritas? Orang yang di dalam mobil atau orang yang ditabrak? Jika suatu hari AI bekerja lebih baik dari manusia, akankah pekerjaan manusia tergantikan? Jika suatu AI dapat memutuskan masalah dengan lebih baik, apakah kita akan menyerahkan pemerintahan dan hukum ke dalam tangan AI? Apakah kita perlu membela hak-hak robot seperti halnya kita membela hak-hak manusia? Akankah AI akan mendominasi dunia?
Permasalahan filosofis muncul bukan hanya dari sisi AI. Dengan munculnya AI yang dapat dibuat semirip mungkin dengan manusia, kita bisa mempertanyakan pertanyaan mengenai diri kita sendiri: Apakah keunikan kita dibandingkan AI? Apakah otak kita dengan komputer sebenarnya hanya berbeda dalam mekanismenya, tetapi sama secara prinsip? Apakah manusia pada dasarnya tidak berbeda dengan komputer?
Berikutnya: Program