Filsafat
Kebenaran objektif
Matematika mengandung suatu misteri yang mengagumkan: Bahwa hanya dengan pikiran saja, kita dapat menyelami dan mengerti berbagai macam mekanisme yang terdapat di alam. Ini menimbulkan suatu pengharapan bahwa alam semesta yang rumit ini dapat dipahami.
Determinisme & Kehendak bebas
Pada abad 19, Pierre Simon Laplace dengan menggunakan teori fisika Newton dan teori peluang telah berhasil membuktikan stabilitas tata surya. Beliau mengatakan bahwa keadaan alam semesta saat ini diakibatkan oleh keadaan sebelumnya, dan keadaan alam semesta di masa depan akan muncul sebagai konsekuensi keadaan alam semesta saat ini. Dengan demikian, bagi keberadaan yang maha mengetahui keadaan awal alam semesta, segala sesuatu yang akan terjadi di masa depan akan dapat diprediksi dengan tepat. Hal ini disebut sebagai determinisme.
Hingga hari ini manusia bisa meramalkan berbagai peristiwa langit yang sebelumnya terlihat acak: Gerhana matahari, lintasan komet, orbit planet dan asteroid, dan sebagainya.
Keberhasilan manusia merumuskan gerak benda-benda langit merangsang keyakinan bahwa alam ini bersifat deterministik. Seandainya kita tahu semua hukum alam secara lengkap, serta keadaan alam semesta pada satu saat, kita akan dapat meramalkan keadaan alam semesta pada saat tertentu di masa depan. Hal-hal yang terjadi pada hari ini maupun masa depan sudah ditentukan dari mulanya, dari keadaan awal alam semesta.
Karena manusia adalah bagian dari alam semesta, ini juga berarti tindakan kita bukanlah hasil kehendak bebas atau pemikiran rasional. Ketika kamu jatuh cinta dengan seseorang, perasaan itu muncul dari interaksi kimia dan elektrik antar neuron dalam otakmu, yang semuanya adalah bagian dari alam semesta ini. Berarti segala sesuatu yang kamu lakukan tidak memiliki makna khusus. Kamu telah diprogram untuk menjadi seperti ini semenjak titik awal alam semesta ada. Tidak ada yang disebut sebagai kehendak bebas. Penjahat yang mencuri kendaraan bermotor sudah diprogram untuk melakukan hal itu. Atau benarkah demikian?
Teori fisika Newton terlampau sederhana untuk menjelaskan fenomena yang sangat kompleks, misalnya lintasan planet dengan lebih dari dua gravitasi benda yang mempengaruhinya. Perubahan cuaca juga sangat kompleks. Perubahan kecil pada satu komponen dapat menghasilkan perubahan sistem secara keseluruhan di masa depan. Ini disebut sebagai teori chaos.
Artinya, yang dikatakan oleh Laplace tidak mungkin terjadi. Kita tidak mungkin mengetahui keadaan seluruh alam semesta pada satu saat dengan sangat tepat. Walaupun demikian, mungkin filosofi Laplace masih benar. Mungkin memang nasib alam semesta yang kompleks sudah terprogram dari awal, hanya saja kita tidak punya kemampuan untuk mengetahui keadaan pasti alam semesta pada satu saat. Atau jangan-jangan, ada yang lebih mendasar dari itu? Jangan-jangan memang alam semesta tidak bersifat deterministik?
Trigonometri gelombang dan transformasi Fourier tampaknya membuat kita tidak dapat sepakat dengan filosofi Laplace. Pada awal abad 20, para fisikawan menemukan hal-hal yang tidak masuk akal ketika berusaha membangun teori fisika berdasarkan fisika Newton.
Partikel seolah-olah dapat memilih sendiri lintasan yang akan mereka tempuh, sehingga menimbulkan pola seperti gelombang. Sementara itu, beberapa fenomena, misalnya cahaya, yang selama ini dipercaya sebagai gelombang, ternyata juga bersifat partikel. Partikel ternyata bukan sebuah benda titik
tetapi lebih mirip gelombang yang teroles
ke mana-mana.
Partikel (Sebelum abad 20) | Partikel juga (Setelah abad 20) |
Partikel-partikel mungil yang menyusun alam semesta ini ternyata tidak memiliki sifat deterministik. Kehendak bebas kembali memperoleh tempatnya dalam pemikiran manusia, jatuh cinta kembali memiliki makna, dan kita boleh menghukum orang jahat tanpa keberatan filosofis.
Identitas manusia
Komputer dapat dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mempelajari hal-hal baru. Semua ini dimungkinkan dengan model-model matematika yang didasarkan pada aljabar linear, kalkulus, dan statistika.
Kemajuan dalam kecerdasan buatan membuat kita sangat perlu mempertanyakan ulang mengenai identitas manusia. Apakah yang membedakan manusia dengan mesin? Pertanyaan ini semakin relevan dalam zaman kita sekarang.
Berikutnya: Seni